Pembelajaran di Tenda Pengungsi Erupsi Merapi


Pembelajaran di Tenda



Meletusnya Gunung Merapi pada bulan Oktober-Nopember 2010 menyisakan banyak penderitaan warga khususnya warga sekitar lereng merapi. Bukan hanya harta benda yang hilang, nyawapun banyak yang melayang. Merekapun harus rela kehilangan anggota keluarga, sanak family, bahkan mungkin pekerjaan yang sebelumnya sebagai mata pencahariannya. Erupsi besar-besaran Merapi yang terjadi pada hari kamis s.d. jumat (4-5 Nopember) 2010, memaksa warga lereng Merapi untuk mengungsi. Radius 20 km dari puncak merapi yang merupakan batas aman menimbulkan lautan pengungsi menyebar ke penjuru daerah yang dianggap aman. Kecamatan Salaman Kabupaten Magelang adalah salah satunya. Ada beberapa tempat sebagai penampungan pengungsi diantaranya di Lapangan tembak (barak tentara) di desa Ngadirejo, gedung Bapelkes, gedung SKB, dan Balai Desa Salaman. Bagaimana dengan nasib anak-anak sekolah? Tentunya hampir sama dengan nasib orang tuanya. Mereka harus rela juga meninggalkan bangku sekolah baik yang ditingkat SD, SLTP, maupun SLTA. Sebelum ada koordinasi dengan DIKNAS, hampir dipastikan mereka tidak bisa belajar secara maksimal. Dalam kondisi seperti itu. Kepedulian pendidikan para pengungsi datang termasuk dari PAUD/TPA ‘Fahma’ Kauman Salaman, dan TKIT Riadus Sholikhin Perumahan Bumi Menoreh Salaman, serta organisasi kewanitaan 'SALIMA' Kecamatan Salaman. Kepedulian terutama untuk memulihkan kondisi psikis anak serta motivasi pembelajaran seusianya.Setelah melakuklan koordinasi akhirnya kami hingga beberapa hari kami terjun ke tenda pengungsian untuk menangani siswa SD khususnya dalam pemberian motifasi pembelajaran. Semoga Mepari lekas tenang dan mereka bias kembali belajar sebagai mana mestinya.



Bantuan untuk korban Merapi


Penderitaan para korban Merapi menarik simpati dan keprihatinan semua pihak. Begitu juga dengan warga SDN Salaman 1 tempat kami mengajar. Dengan kondisi seperti itu kami mencoba mengajak kepada semua elemen warga sekolah untuk turut prihatin dengan menyalurkan bantuan semampunya. Sungguh luan biasa. Bantuan yang pertama terkumpul uang hampir 2 juta. Uang tersebut kemudian dibelanjakan dalam bentuk barang kemudian disalurkan pada pengungsi yang berada di Lapangan Tembak. Bantunan Kedua warga sekolah mengumpulkan barang yang berua makanan, sabun mandi, sabun cuci, pembalut, popok bayi, susu anak, dan sebagainya. Bantuan tersebut disalurkan pada pengungsi yang berada di Balai Desa Salaman.


Peduli terhadap sesame bukan hanya peduli merapi sebelumnya yaitu tsunami di Aceh dan gempa DIY Bantul. Semoga ini memjadi pembelajaran khususnya bagi siswa SDN Salaman 1.


Menurunkan bantuan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar